“Indonesia Kecil di Minangkabau”
Latar belakang yang khas selalu dimiliki oleh suatu daerah dan masyarakat yang bernaung di dalamnya, tidak terkecuali Sawahlunto. Daerah pedalaman di Sumatera ini merupakan hamparan hijau dengan menyajikan aktivitas budaya agraris dengan struktur waktu komunal. Perubahan ruang-waktu, diikuti bergesernya orientasi kebudayaan agraris ke industrialis, dimulai pada penghujung abad ke-19, di mana batubara telah ditemukan.
Penemuan tersebut mengubah dan menghadirkan banyak hal baru di Sawahlunto. Perubahan dari waktu komunal ke waktu kolonial, dari monokultural ke yang multikultural, dari kebudayaan agraris ke kebudayaan industrialis yang terikat ke “ladang hitam” batu bara, terjadi dalam waktu relatif singkat. Lompatan tersebut juga mengubah wajah Sawahlunto menjadi kota yang modern. Jalur-jalur sungai diganti dengan rel-rel kereta, disusul dibukanya pelabuhan Teluk Bayur yang memungkinkan terjadinya gelombang migrasi manusia.